Rabu, 30 November 2011

KOMUNITAS AKAR LAMPUNG


Buku
 


AKAR
 

KAS
 

Pustaka Puitika
 

KAS
 

Penjualan
 

Penjualan
 
Sistematika Keorganisasian Forum Komunitas (AKAR)


Sistematika Kegiatan dan Penerbitan Karya Anggota AKAR


 


Catatan:

-    Naskah setidaknya harus mencantumkan Komunitas AKAR pada biodata penulis saat dikirimkan ke media massa.
-    Biasanya naskah / artikel yang dimuat (publikasikan) di media massa akan mendapat honor. Bagi Anggota yang karyanya dimuat dan mendapat honorium, maka TIDAK ADA KEHARUSAN honor masuk dalam KAS. Honorium adalah mutlak milik Anggota, boleh dimasukkan dalam KAS atau ingin dipergunakan sendiri.
-    Naskah/Artikel harap diarsipkan untuk diterbitkan pada Penerbit Pustaka Puitika dan diposting pada akun FB Komunitas AKAR.
-    Naskah yang tidak berhasil dipublikasikan masih bisa diterbitkan selama karya tersebut sudah benar-benar matang dan sudah didiskusikan terlebih dulu dalam forum Komunitas AKAR, termasuk masalah editing didalamnya. Dalam hal ini yang lebih diprioritaskan untuk diterbitkan adalah karya yang sudah dimuat pada media massa (Koran, Majalah).
-    Bagi Anggota yang ingin ROYALTY dari hasil penjualan karya-karyanya, maka HONOR diambilkan dari KAS hasil penjualan tiap buku Anggota yang bersangkutan tersebut setelah terjual, karena hasil penjualan karya dari Penerbit atau komunitas AKAR dimasukkan/ diserahkan pada KAS Rayon masing-masing.
-    Bagi Anggota yang ingin menerbitkan karyanya secara solo (independet/personal) maka harus membiayai seluruh proses cetak dari dana pribadi. Adapun dana yang ada dalam KAS adalah untuk kepentingan bersama Anggota AKAR sekali pun di dalamnya ada hak atas karya Anggota yang ingin menerbitkan secara personal tersebut. Jika Anggota yang bersangkutan ingin mengambil haknya dari KAS, maka harus melalui kesepakatan bersama Anggota di Rayon masing-masing.
-    Dana KAS per Anggota Rp. 10.000,-/ pertemuan atau disesuaikan dengan hasil kesepakatan seluruh anggota komunitas di masing-masing rayon.


Kami menjalin kerjasama dalam hal penerbitan buku bagi siapa saja yang memiliki karya untuk diterbitkan.
  • Syarat:
  1. Sumber dana diupayakan oleh pihak Penulis.
  2. Distribusi dikembalikan pada Penulis dan atau dibantu distribusi pihak Pustaka Puitika.
  • Ketentuan Naskah:
  1. Tema Bebas, selama tidak mengandung unsur SARA / pelanggaran lainnya.
  2. Line Spasi 1.5
  3. Ukuran kertas A4
  4. Font: Time New Roman, atau Garamond.
Sebelum naskah dikirimkan usahakan mengedit secara keseluruhan baik dari ejaan, isi, dll. Karena naskah yang sudah masuk langsung kami proses, kecuali jika mengantre. Hal ini kami maksudkan demi menjaga orisinilitas karya. Jika kami turut mengedit secara isi, tentunya karya tersebut bukan lagi murni dari penulis melainkan second hand dari pihak Penerbit. Editing hanya kami lakukan pada desain layout saja. Mengedit atau mengemas agar menarik memang dibutuhkan sebagai bentuk profesionalitas, tapi kami ingin menjaga karya tersebut benar-benar murni, tanpa mengurangi usaha kami menjaga mutu dan kualitas.

Setelah semua syarat dan ketentuan terpenuhi, Penerbit dan Penulis menyepakati kontrak kerjasama (MoU) dan naskah akan segera diproses cetak. Untuk tindak selanjutnya bisa diperjelas di dalam MoU yang sudah disepakati bersama. Dan ISBN kita yang mengurus tanpa ada beban biaya pengurusan.

Adapun dalam hal pendanaan, kita tidak meminta secara cash, melainkan menyesuaikan dengan kebutuhan proses cetak ketika itu. Misalnya, pada hari ini memasuki tahap pendanaan untuk membeli kertas, maka kita meminta nominal uangnya sejumlah yang dibutuhkan saat itu, begitu seterusnya sampai proses cetak selesai. Untuk kertas kita menggunakan HVS 70 grm (atau menyesuaikan dengan keinginan pihak Penulis). Dan untuk kertas cover kami menggunakan Ivory 310 atau menyesuaikan keinginan pihak Penulis: apakah ingin soft cover atau hard cover, ingin di-UV Spot (Aksara Timbul), atau yang lainnya (tentunya besarnya biaya yang dibutuhkan menyesuaikan dengan bahan dasar serta kebutuhannya). Buku yang diterima pihak penulis sudah dalam kondisi Shring (dibungkus plastik) dan siap diedarkan pada konsumen atau pembaca. Untuk besarnya anggaran dana yang dibutuhkan, kita tidak berani berspekulasi (tidak menentukan besarnya dana di awal) hal ini kami maksudkan untuk mengantisipasi adanya perubahan harga-harga terutama bahan dasar di luar perkiraan sebelumnya, tentunya hal ini adalah bagian dari transparansi serta untuk menghindari adanya kerugian dari pihak manapun terutama pihak penulis sebagai pemilik dana anggaran cetak.

Sebelum naskah siap cetak, maka kami akan mengirimkan hasil layout atau pun hasil desain cover untuk mendapat persetujuan dari pihak penulis. Untuk mengkonsultasikan hasil layout bisa dilakukan via YM (pustaka_puitika). Setelah penulis menyepakati hasilnya barulah kami mulai proses cetak. Kekeliruan dalam hal isi setelah ada kesepakatan dari pihak Penulis yang sudah melewati proses editing layout sudah bukan tangungjawab kami sebagai pencetak buku. Sebab kami belum akan mengerjakan naskah atau memulai cetak bila dari pihak Penulis belum menyatakan, secara tertulis atau secara konfirmasi telephon pada kami, atas kesediaannya dalam hal kerjasama ini sekali pun naskah sudah masuk pada e-mail redaksi kami. Jika sudah sepakat, barulah kita akan memproses layout-nya, dan mengirimkan prof layout pada pihak penulis setelah selesai dikerjakan untuk persetujuan. Untuk hasil cetakan kita menggunakan mesin cetak (standar mesin cetak penerbitan sekala umum), bukan print outdoor.

Setelah semua proses cetak selesai dilakukan, maka kita akan mengirimkan fotocopy bukti/ kwitansi atas alokasi dana cetak sebagai bentuk transparansi bersama. Buku siap diterima dalam bentuk cetakan, bukan dalam bentuk ebook, dan kita TIDAK mencetak buku ketika ada pesanan {Print On Demand (POD)}, melainkan minimal (500 eksemplar) dan atau menyesuaikan dengan apa yang tertera dalam MoU.

Untuk ukuran buku adalah:

14 x 21 cm
14 x 20 cm
12 x 19 cm
12 x 17 cm

Jika pihak penulis menginginkan ukuran selain ukuran yang kami terapkan di atas, maka tidak menutup kemungkinan kami menyesuaikannya.

Kami tidak memberi target tertentu dalam hal distribusi atau ketika ingin memasukkan karya yang sudah terbit ke toko buku, sebab semuanya adalah hak penulis sebagai pemilik karya dan pemilik modal.  Kalau pun kami memasukkan ke toko adalah melalui persetujuan dari pihak penulis, karena kami bekerja dan berusaha menjalin kerjasama atas kesepakatan bersama. Kami akan mengirimkan faktur hasil penjualan setelah menerima laporan hasil penjualan dari pihak toko atau agen yang telah mendistribusikan buku-buku tersebut selama kurang lebih 2-6 bulan setelah buku diedarkan oleh pihak agen atau toko buku. Dan kita tidak meminta persenan (%) sepeser pun dari hasil penjualan buku yang telah selesai dicetak, terkecuali pada jasa Layout dan atau desain cover, (jika keduanya sudah dikerjakan oleh pihak Penulis, maka kita hanya berkewajiban mencetak dan bertanggungjawab atas MoU yang telah disepakati). Untuk jasa layout dan desain cover berlaku sekali seumur hidup untuk 1 (satu) judul buku. Kalau pun nantinya buku cetak ulang, kami sudah tidak meminta biaya layout dan atau desain cover. Penulis cukup menyediakan biaya cetak dan alokasi dana yang dibutuhkan.

Info lebih lanjut bisa menghubungi kami di:
Telp: (0274) 8259719

Untuk pengiriman naskah bisa lewat e-mail kami:

KOMUNITAS SASTRA DAN MENULIS
PENERBIT PUSTAKA PUITIA



Ada pun Penerbit yang memberikan kesempatan bagi pelajar diseluruh Indonesia untuk dapat mempublikasikan karyanya adalah penerbit Pustaka Puitika Yogyakarta, dengan membuka komunitas diseluruh daerah-daerah termasuk wilayah lampung kepada seluruh pelajar dan umum yang mau dan ikut berpartisipasi dalam keanggotaan kedua penerbit tersebut yang bersifat umum. Adapun penerbit tersebut adalah sebagai berikut :


1.      Penerbit Pustaka Puitika Yogyakarta

Penerbit Pustaka Puitika dengan ini membentuk komunitas sastra dibagian wilayah Lampung dengan nama komunitas AKAR (Anam Khoirul Anam Reader) penerbit ini memiliki sistematika dan prosedur yang telah ditetapkan dibagian terlampir.


Selasa, 29 November 2011

perkembanga islam di indonesia

Islam telah dikenal ke Nusantara atau Indonesia pada abad pertama
Hijriyah (abad 7 Masehi) meskipun dalam frekuensi yang tidak terlalu
besar melalui jalur perdagangan para pedagang muslim yang berlayar ke
kawasan ini dan singgah untuk beberapa waktu. Pengenalan Islam lebih
intensif, khususnya di Semenanjung Melayu dan Nusantara berlangsung
beberapa abad kemudian.
Setelah itu, terjadilah interaksi yang cukup "kental" antara para
pedagang Arab dan masyarakat Indonesia dalam akulturasi Bangsa Arab
dengan bangsa Indonesia, melalui pendekatan ekonomi (transaksi
perdagangan), penghapusan kasta-kasta dan menggantikannya ke dalam
derajat yang sama, pendekatan dakwah, ikatan perkawinan dan ajaran-
ajaran tasawuf.

Dalam sejarah Islam pernah mengalami kemajuan dan kemunduran.
Kemajuan
Islam terjadi pada masa Khalifah Abbasiah dan Muawwiyah berkuasa.
Islam mengalami kemunduran pada fase akhir Muawwiah di Andalusia
(Spanyol) setelah dikalahkan oleh tentara ratu Issabella dan raja
Ferdinand yang menguasai benteng terakhir Islam di Granada. Selain
itu, pasukan Tar-Tar dan Mongol melakukan penyerangan dengan
memporak-
porandakan Baghdad. Di Negeri Seribu Satu Malam itu mereka membunuh
para fuqoha, ulama dan cendikiawan muslim.

Pada saat yang sama, Islam di Nusantara malah berkembang pesat dan
satu per satu daerah kekuasaan kerajaan di Indonesia masuk Islam.
Banyak raja-raja di Indonesia yang semula memeluk agama Hindu-Budha
mulai memasuki agama Islam. Perkembangan Islam di Nusantara ibarat
(Islam) "mukjizat", karena mampu menggantikan kepercayaan-kepercayaan
dan agama masyarakat Indonesia yang sangat kuat. Selain itu, pada
saat
Islam di kawasan pusat-pusat kekuasan Islam seperti Baghdad, Spanyol
dan lain-lain sedang mengalami kemunduran.

Di Indonesia, saat itu, proses masuknya Islam terhindar dari
peperangan yang besar, bahkan interaksi antara penyebar Islam dan
masyarakat di Nusantara berjalan dengan cara halus dan baik. Padahal,
tantangan penyebaran Islam di Nusantara cukup besar karena masyarakat
Indonesia memiliki kepercayaan animisme dan agama Hindu-Budha sangat
kuat. Kondisi itu mengingatkan akan awal masuknya Islam di tanah Arab
yang kebanyakan menyembah berhala dan kepercayan paganisme. Tapi,
mengapa proses interaksi kebudayaan Islam dan Indonesia dapat
berjalan
lancar di masyarakat Nusatara? Karena para pedagang Arab itu cerdik
memadukan kebudayaan Islam dengan kebudayaan tradisional.

Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal
ini nampak pada tahun 100 H (718 M), saat raja Sriwijaya Jambi yang
bernama Srindravarman mengirim su-rat kepada Khalifah 'Umar bin
'Abdul
'Aziz dari Khilafah Bani Umayyah, meminta mengirimi da'i yang bisa
menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: "Dari Raja di Raja
yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu
raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang
di
wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-
bumbu
wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga
menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja arab yang tidak menyekutukan
tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda
hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tidak begitu banyak,
tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada
saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan
menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya." Dua tahun kemudian,
yakni tahun 720 M, Raja Srindarvarman, yang semula Hindu, masuk Islam
sehingga Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama Sribuza Islam.
Sayang, pada tahun 730 M, Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya
Palembang yang masih menganut Budha.

Hubungan Nusantara dengan Khilafah Islamiyah

Para pengemban dakwah Islam di Nusantara merupakan utusan langsung
khalifah. Pada tahun 808 H/1404 M Walisongo diutus oleh Sultan
Muhammad I (Sultan Muhammad Jala-bi/Celebi) dari Kesultanan Utsmani
yang dilakukan selama 1 periode. Mereka itu adalah: Maulana Malik
Ibrahim (Turki), ahli tata pemerintahan negara, Maulana Ishaq/Syekh
Awwalul Islam (Samarqand), Maulana Ahmad Jumadil Kubra (Mesir),
Maulana Muhammad al-Maghrabi (Maroko), Maulana Malik Israil (Turki),
Maulana Hasanuddin (Palestina), Maulana Aliyuddin (Palestina), Syekh
Subakir (Persia)
Antara tahun 1349-1406 M, Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishaq ke
Jawa diantar oleh Zainal Abidin Bahiyan Syah penguasa Samudera Pasai.
Antara tahun 1421-1436 M, datanglah Sayyid Ali Rahmatullah putra
Syaikh Ibrahim (Samarqand), yang lebih dikenal dengan Ibrahim
Asmarakandi, dari ibu Putri Raja Campa-Kamboja (Sunan Ampel), Sayyid
Ja'far Shadiq/Sunan Kudus (Palestina), dan Syarif Hidayatul-lah
(Palestina) cucu Raja Siliwangi Padjajaran (Sunan Gunung Jati) untuk
menggantikan da'i yang telah wafat.
Mulai tahun 1463 M, banyak da'i dari Jawa yang menggantikan da'i yang
wafat atau pindah tugas. Mereka itu adalah: Raden Paku (Sunan Giri),
putra Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu,
Raja Blambangan; Raden Said (Sunan Kalijaga), putra Adipati
Wilatikta,
Bupati Tuban; Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang); Raden Qasim Dua
(Sunan Drajat), putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati, putri Prabu
Kertabumi, Raja Majapahit

Dilihat dari gelar mereka, dapat dilihat bahwa dakwah Islam sudah
terbina dengan subur dan baik di kalangan elit penguasa Kerajaan
Majapahit sehingga kesultanan terbentuk dengan mudahnya.
Hubungan Aceh dengan Khilafah Utsmaniyah terlihat pada tahun 1563 M,
dengan dikirimnya seorang utusan penguasa Muslim di Aceh ke Istambul
untuk meminta bantuan melawan Portugis sambil meyakinkan bahwa
sejumlah raja di kawasan tersebut telah bersedia masuk Islam jika
kekhilafahan Utsmaniyah menolong mereka. Namun, bantuan tersebut ter-
tunda selama dua bulan, karena adanya pengepungan Malta dan Szigetvar
di Hungaria dan kematian Sultan Sulaiman Agung. Akhirnya, dibentuklah
sebuah armada yang terdiri dari 19 ka-pal perang dan sejumlah kapal
yang mengangkut persenjataan dan persediaan untuk memban-tu
masyarakat
Aceh yang terkepung.

Namun, bantuan tersebut hanya satu atau dua kapal yang tiba di Aceh,
karena kapal yang lain dialihkan untuk tugas perluasan kekuasaan
Utsmaniyah di Yaman. Kapal yang tiba tersebut mengangkut pembuat
senjata, penembak, teknisi, senjata dan peralatan perang lainnya.
Peristiwa tersebut dapat ditemui di dalam berbagai arsip dokumen
sejarah negara Turki.

Tahun 1048 H/1638 M, Abdul Qadir dari Kesultanan Banten, dianugerahi
gelar Sultan Abdulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid, Syarif
Makkah saat itu, dan tahun 1051 H/1641 M, Pangeran Rangsang dari
Kesultanan Mataram, meperoleh gelar Sultan Abdullah Muhammad Maulana
Matarami oleh Syarif Makkah.
Tahun 1638 M, Sultan Abdul Kadir Banten mengirim utusan membawa misi
mengha-dap Syarif Zaid di Makkah, misi tersebut sukses sehingga
Kesultanan Banten merupakan kera-jaan Islam dan termasuk Dar al-Islam
dibawah pimpinan Khalifah Turki Utsmani di Istanbul.

Tahun 1652, Khilafah Turki Utsmani mengirim 500 orang pasukan dari
Turki beserta sejumlah alat tembak (meriam) beserta amunisi kepada
Kesultanan Aceh setelah adanya per-mintaan dari kesultanan.
Dengan demikian, keterkaitan Nusantara sebagai bagian dari Khilafah,
dari pengiriman da'i hingga bantuan militer, telah dapat dilihat
dengan jelas. Hubungan tersebut juga dapat dilihat pada pengangkatan
Meurah Silu menjadi Sultan Malikussaleh di Kesultanan Samudera Pasai
Darussalam serta pengangkatan Sultan Abdul Kadir dari Kesultanan
Banten dan Sultan Agung dari Mataram oleh Syarif Makkah.
Islamlah yang menyatukan daerah di Indonesia, hal tersebut dapat
dilihat tidak adanya nafsu saling menguasai di antara kerajaan-
kerajaan Islam di Indonesia. Kerajaan-kerajaan layaknya sebuah
provinsi-provinsi dalam naungan Daulah Khilafah yang berpusat di
Timur
Tengah.

Kondisi sebelum Islam masuk Indonesia juga terlihat pada saat ini
dimana umat Islam terbagi-bagi dalam national-state (negara
kebangsaan). Setiap negara hanya memikirkan dirinya sendiri, bahkan
ikut serta dalam penindasan negara lain. Seperti halnya yang
dilakukan
oleh Indonesia yang memberi dukungan suara dalam penindasan terhadap
Iran soal reaktor Nuklir. Ataupun Arab Saudi yang menyediakan
tanahnya
sebagai pangkalan termewah Amerika di Timur Tengah untuk menyerang
Iraq dan Afganistan. Padahal satu abad yang lalu mereka masih satu
kesatuan yang saling bahu membahu dalam naungan Islam. Peperangan
terjadi di Nusantara juga bukan dengan masyarakat asli sendiri,
melainkan dengan para penjajah asing seperti Spanyol, Portugis,
Belanda, Inggris. Nafsu para penjajah asing untuk menguasai Nusantara
dengan cara paksa, serakah dan merampok kekayaan masyarakat telah
mengakibatkan perlawanan dari rakyat yang hebat dan tak terelakan.
Bagi masyarakat yang telah memeluk agama Islam, mereka yakin bahwa
perang itu bukan sebatas mempertahankan harga diri dan keluarga, tapi
tanah air dan agama sebagai Jihad fi Sabilillaah.

Islam dan Politik di Indonesia

Islam datang ke Indonesia membawa berbagai macam perubahan tidak
hanya
dibidang spiritual namun juga dibidang sosial dan politik. Lebih-
lebih
lagi dalam kebangkitan perlawanan nasionalisme dan patriotik melawan
kolonialisme-imperialisme bangsa Eropa.
Sudah menjadi konsesus umum dari berbagai para ilmuan sosial,baik di
Barat maupun di Timur,bahwa bangkitnya Islam pada abad ke-8 M telah
membangun dunia baru dengan dasar pemikiran ,cita-cita, kebudayaan
dan
peradaban baru .

kebudayaan dan peradaban baru yang berdaya mengembangkan ilmu
pengetahuan di segala bidang, dengan beragam cabang-cabangnya.

Seperti halnya dengan tiap-tiap peradaban dunia , maka peradaban
Islam
yang berkembang selama tujuh abad (abad 7 - 14 M) akhirnya mengalami
kemunduran.

Menurut Stoddard (1922) sebab kemunduran dunia Islam adalah
superstition and mysticism (ketakhayululan dan mistik) yang merusak
Tauhid.

Sedangkan menurut Kohn(1922) kemunduran umat Islam disebabkan oleh:
abuses, empty formalism and decadence ( penyalahgunaan, formalisme
yang kosong, dan dekadensi)

Ahli sosiologi Muslim, Khaldun(1406) menyatakan bahwa penyebab
kemunduran umat Islam adalah akibat pola kehidupan yang hedonis,
arogan, dan ekploitasi terhadap rakyatnya sendiri. Akibatnya adalah
keropos dalam ketahanan fisik dan dekadensi moral.

Jiwa ashobiah (collective solidarity) dalam segala kehidupan baik
kehidupan group solidarity atau civic solidarity dilupakan.

Faktor lain kemunduran Islam adalah disebabkan oleh kolonialisasi
bangsa-bangsa Kristen-Eropa; yang mula-mula di Semenanjung Iberia
(Andalusi Spanyol) dan serangan Bangsa Monggol dan Tartar dari Asia
Tenggah.
Dalam masa itu Bangsa Eropa justru mengalami proses transisi yang
hebat dengan diinspirasi hasil kajian terhadap kebudayaan Yunani kuno
melalui perpustakaan Dunia Islam di Cordoba,
Granada dan Alexandaria. Eropa mengalami masa Renaisance.

Perkembangan yang luar biasa tersebut dilanjutkan dengan proses dari
masyarakat feodal ke masyarakat fruh Kapitalismus yang kemudian
melahirkan nafsu kolonialisme dan imperialisme. Kerajaan Islam di
Malaka jatuh dibawah kolonialisme Portugis tahun 1511 dan kerajaan
Islam di manila 1571.

Selama dekade awal abad 20, gagasan nasionalisme merupakan fokus
perdebatan politik di dunia Islam. Sebagaian intelektual Muslim tidak
setuju dengan gagasan tersebut dengan alasan
prinsip kedaulatan rakyat bertentangan dengan prinsip hukum Tuhan dan
prinsip ummah . Muhammad Iqbal, penyair dan filosof Asia Selatan,
menegaskan bahwa Islam menghendaki satu kesatuan umat Islam yang
tidak
yang tidak terbatas , dan menyebut kolonialisme Barat sebagai biang
keladi hancurnya persatuan dunia Islam.
Walaupun demikian Iqbal pada akhirnya sadar bahwa upaya membangun
kembali satu bentuk komunitas politik umat Islam yang bersifat
universal sudah tidak mungkin lagi , karena itu masing-masing wilayah
umat Islam harus berjuang meraih kemerdekaannya.

Hingga kini sebagian kecil umat Islam masih tetap menentang prinsip
negara kebangsaan ( nationstate) yang menurut mereka lebih mendudukan
hukum manusia diatas hukum Allah SWT.
Kendati demikian kecendrungan umum pada saat ini bagi umat islam
adalah menerima legitimasi negara model negara kebangsaan dan
mengarahkan politik mereka dalam konteks negara kebangsaan tersebut.
Nasionalisme tidaklah dijahit dari sepotong pakaian seragam. Ide-ide
religius juga memainkan peranan kunci dalam sejumlah gerakan
nasionalisme pada abad 20, termasuk di Eropa Barat-meskipun banyak
teori Barat yang menyatakan sebaliknya.

Sebagai konsekuensinya konsep nasionalisme menjadi lahan perdebatan
yang seru di dunia Islam.
Lebih dari seabad umat Islam bergumul dengan persoalan bagaimana
mempertemukan politik Islam dengan gagasan kebangsaan dan
kewarganegaraan.
Ini terbukti pada kasus di Indonesia dalam pertarungan antara
nasionalisme sekuler dan nasionalisme Islam, perdebatan selama abad
20
adalah menyangkut persoalan peranan Islam dalam konteks gagasan dan
praktek berbangsa.

Organisasi massa modern pertama, Sarikat Islam (SI) didirikan pada
tahun 1912, ditujukan untuk
mengangkat hak-hak politik kaum pribumi yang dengan cepat memperoleh
jumlah pengikut yang besar di Nusantara terutama di pulau Jawa.

SI didirikan untuk kepentingan pedagang pribumi Muslim dalam
menghadapi pedagang Cina. SI awalnya bergantung pada seruan Islam.
Akan tetapi ketika memperoleh jumlah pengikut yang banyak, SI
terlibat
dalam konflik ideologis antara pendukung politik Islam konvensional
dengan ideologi Marxisme-Sosialisme dan nasionalisme sekuler.

Pada tahun 1921 pertentangan antara kedua faksi ini sampai pada tahap
kritis dengan terpentalnya wakil-wakil sayap kiri SI. Pada masa
berikutnya kalangan kiri ( SI Merah) dan Kubu Islam (SI Putih)
bersaing menguasai cabang-cabang SI lokal dan membuat berantakan
perjuangan kaum pribumi dalam merebut kemerdekaan.
Dengan merosotnya peranan SI kepemimipinan perjuangan nasionalisme
beralih ke tangan kaum nasionalis non-religius, diantaranya adalah
PNI
(Partai Nasional Indonesia) yang dibentuk pada tahun 1927 dibawah
pimpinan seorang Ir. Soekarno, PNI merupakan organisasi yang
berbasiskan kebangsaan multietnik, bukan nasionalisme agama.

Nasionalisme merupakan ide asing yang tidak pernah dikenal dalam
Islam
dahulu.
Sebelum masuknya Islam di nusantara, perasaan kedaerahan sangatlah
kuat. Banyak peperangan yang terjadi antar kerajaan-kerajan di
Indonesia. Setelah masuknya peradaban dan kebudayaan Islam di
Indonesia, maka barulah dikenal persatuan di Indonesia dengan
landasan
"aqidah Islam". Persatuan yang terjadi tidak hanya karena adanya
kepentingan antar wilayah, namun disatukan oleh Islam dengan nama
"Daulah Khilafah Islamiyah" atau Negara Khilafah Islam.
Konsep Khilafah bukanlah konsep kedaerahan namun merupakan konsep
global yang menyatukan wilayah-wilayah dengan landasan aqidah Islam.
Oleh karena itu tidaklah aneh ketika kita menyaksikan bahwa Khilafah
Islam telah berhasil menyatukan sepertiga dunia di bawah satu
bendera,
yaitu bendera Islam. Wilayah kekuasaannya terbentang dari Andalusia
(Spanyol) sampai dengan Kepulauan Maluku di Timur.
Penyatuan ini tidak terjadi begitu saja, namun merupakan buah dari
usaha dakwah Islam yang merupakan kewajiban dari Khilafah. Mungkin
tidak banyak yang tahu bahwa terdapat hubungan Nusantara dengan
kekhilafahan yang terjadi pada masa perkembangan Islam di Indonesia.
Sebagai warga Indonesia, kita tidak boleh melupakan hubungan
tersebut,
karena Islam-lah yang telah menyatukan Nusantara ini yang berupa
kepulauan menjadi sebuah Negara yang bersatu sehingga tidak ada lagi
perbedaan dari setiap daerah. Mereka telah terikat sebagai saudara
yang seiman.

Namun setelah Khilafah Islam runtuh (1924), wilayah Islam terbagi-
bagi
menjadi lebih dari 50 negara. Tidak hanya itu, kita menyaksikan
banyak
yang saling bertikai dan batasan dari setiap kelompok (kelompok
Islam)
yang berbeda pendapat. Dan dari masyarakat Islam sendiri kita melihat
adanya kompromi agama dengan agama lain. Mereka dengan tanpa merasa
berdosa telah mengikuti kebiasaan dari orang-orang kafir dengan
alasan
toleransi antar agama.

Disamping perpecahan yang terjadi, negara pun turut campur dalam
pengkeroposan pemahaman Islam di tengah-tengah umat. Hal tersebut
membuat umat Islam tidak peduli lagi dengan agamanya sendiri. Seperti
adanya usaha untuk menghapus Perda Syariat Islam yang merebak akhir-
akhir ini. Dengan mengetahui sejarah Islam di Indonesia, wajarlah
sebagai umat Islam kita ikut serta dalam usaha membangkitkan Islam di
muka bumi ini.

islam


Pendahuluan
Risalah Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad saw. di Jazirah Arab pada abad ke-7 ketika Nabi Muhammad s.a.w. mendapat wahyu dari Allah swt. Setelah wafatnya nabi Muhammad s.a.w. kerajaan Islam berkembang hingga Samudra Atlantik di barat dan Asia Tengah di Timur. Hingga umat Islam berpecah dan terdapat banyak kerajaan-kerajaan Islam lain yang muncul.
Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam. Karena banyak kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.
Pada abad ke-18 dan ke-19, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan Eropa. Setelah Perang Dunia I, Kerajaan Turki Utsmani yang merupakan kerajaan Islam terakhir tumbang.
[sunting] Nabi Muhammad
Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang sangat mundur. Kebanyakkan orang Arab merupakan penyembah berhala dan yang lain merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi. Mekah ketika itu merupakan tempat suci bagi bangsa Arab. karena di tempat tersebut terdapat berhala-berhala agama mereka dan juga terdapat Sumur Zamzam dan yang paling penting adalah Ka'bah.
Nabi Muhammad saw dilahirkan di Makkah pada Tahun Gajah yaitu pada tanggal 12 Rabi'ul Awal atau pada tanggal 20 April (570 atau 571 Masehi). Nabi Muhammad merupakan seorang anak yatim sesudah ayahnya Abdullah bin Abdul Muttalib meninggal ketika ia masih dalam kandungan dan ibunya Aminah binti Wahab meninggal dunia ketika ia berusia 7 tahun. Kemudian ia diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib. Setelah kakeknya meninggal ia diasuh juga oleh pamannya yaitu Abu Talib. Nabi Muhammad kemudiannya menikah dengan Siti Khadijah ketika ia berusia 25 tahun. Ia pernah menjadi penggembala kambing.
Nabi Muhammad pernah diangkat menjadi hakim. Ia tidak menyukai suasana kota Mekah yang dipenuhi dengan masyarakat yang memiliki masalah sosial yang tinggi. Selain menyembah berhala, masyarakat Mekah pada waktu itu juga mengubur bayi-bayi perempuan. Nabi Muhammad banyak menghabiskan waktunya dengan menyendiri di gua Hira untuk mencari ketenangan dan memikirkan masalah penduduk Mekah. Ketika Nabi Muhammad berusia 40 tahun, ia didatangi oleh Malaikat Jibril. Setelah itu ia mengajarkan ajaran Islam secara diam-diam kepada orang-orang terdekatnya yang dikenal sebagai "as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk agama Islam)" dan selanjutnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada tahun 622, Nabi Muhammad dan pengikutnya pindah dari Mekah ke Madinah. Peristiwa ini dinamai Hijrah. Semenjak peristiwa itu dimulailah Kalender Islam atau kalender Hijriyah.
Penduduk Mekah dan Madinah ikut berperang bersama Nabi Muhammad saw. dengan hasil yang baik walaupun ada di antaranya kaum Islam yang tewas. Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan Islam.
[sunting] Perkembangan Islam
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/a5/ArabianpeninsulaAL.PNG/240px-ArabianpeninsulaAL.PNG
http://bits.wikimedia.org/skins-1.18/common/images/magnify-clip.png
Jazirah Arab
Secara umum Sejarah Islam setelah kematian Nabi Muhammad telah berkembang secara luas di seluruh dunia. Kerajaan Bani Ummaiyyah, Kerajaan Bani Abbasiyyah, dan Kerajaan Turki Utsmani boleh dikatakan penyambung kekuatan Islam setelah pemerintahan Khulafaur Rasyidin.
[sunting] Khulafaur Rasyidin
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Khulafaur Rasyidin
  • 632 M - Wafatnya Nabi Muhammad dan Abu Bakar diangkat menjadi khalifah. Usamah bin Zaid memimpin ekspedisi ke Syria. Perang terhadap orang yang murtad yaitu Bani Tamim dan Musailamah al-Kadzab.
  • 633 M - Pengumpulan Al Quran dimulai.
  • 634 M - Wafatnya Abu Bakar. Umar bin Khatab diangkat menjadi khalifah. Penaklukan Damaskus.
  • 636 M - Peperangan di Ajnadin atas tentara Romawi sehingga Syria, Mesopotamia, dan Palestina dapat ditaklukkan. Peperangan dan penaklukan Kadisia atas tentara Persia.
  • 638 M - Penaklukan Baitulmuqaddis oleh tentara Islam. Peperangan dan penkalukan Jalula atas Persia.
  • 639 M - Penaklukan Madain, kerajaan Persia.
  • 640 M - Kerajaan Islam Madinah mulai membuat mata uang Islam. Tentara Islam megepung kota Alfarma, Mesir dan menaklukkannya.
  • 641 M - Penaklukan Mesir
  • 642 M - Penaklukan Nahawand, kerajaan Persia dan Penaklukan Persia secara keseluruhan.
  • 644 M - Umar bin Khatab mati syahid akibat dibunuh. Utsman bin Affan menjadi khalifah.
  • 645 M - Cyprus ditaklukkan.
  • 646 M - Penyerangan Byzantium di kota Iskandariyah Mesir.
  • 647 M - Angkatan Tentara Laut Islam didirikan & diketuai oleh Muawiyah Abu Sufyan. Perang di laut melawan angkatan laut Byzantium.
  • 648 M - Pemberontakan menentang pemerintahan Utsman bin Affan.
  • 656 M - Utsman mati akibat dibunuh. Ali bin Abi Talib dilantik menjadi khalifah. Terjadinya Perang Jamal.
  • 657 M - Ali bin Abi Thalib memindahkan pusat pemerintahan dari Madinah ke Kufah. Perang Siffin meletus.
  • 659 M - Ali bin Abi Thalib menyerang kembali Hijaz dan Yaman dari Muawiyah. Muawiyah menyatakan dirinya sebagai khalifah Damaskus.
  • 661 M - Ali bin Abi Thalib mati dibunuh. Pemerintahan Khulafaur Rasyidin berakhir. Hasan (Cucu Nabi Muhammad) kemudian diangkat sebagai Khalifah ke-5 Umat Islam menggantikan Ali bin Abi Thalib.
  • 661 M - Setelah sekitar 6 bulan Khalifah Hasan memerintah, 2 kelompok besar pasukan Islam yaitu Pasukan Khalifah Hasan di Kufah dan pasukan Muawiyah di Damsyik telah siap untuk memulai suatu pertempuran besar. Ketika pertempuran akan pecah, Muawiyah kemudian menawarkan rancangan perdamaian kepada Khalifah Hasan yang kemudian dengan pertimbangan persatuan Umat Islam, rancangan perdamaian Muawiyah ini diterima secara bersyarat oleh Khalifah Hasan dan kekhalifahan diserahkan oleh Khalifah Hasan kepada Muawiyah. Tahun itu kemudian dikenal dengan nama Tahun Perdamaian/Persatuan Umat (Aam Jamaah) dalam sejarah Umat Islam. Sejak saat itu Muawiyah menjadi Khalifah Umat Islam yang kemudian dilanjutkan dengan sistem Kerajaan Islam yang pertama yaitu pergantian pemimpin (Raja Islam) yang dilakukan secara turun temurun (Daulah Umayyah) dari Daulah Umayyah ini kemudian berlanjut kepada Kerajaan-Kerajaan Islam selanjutnya seperti Daulah Abbasiyah, Fatimiyyah, Usmaniyah dan lain-lain.
[sunting] Kerajaan Bani Ummaiyyah
  • 661 M - Muawiyah menjadi khalifah dan mndirikan Kerajaan Bani Ummaiyyah.
  • 669 M - Persiapan perang melawan Konstantinopel
  • 670 M - Penaklukan Kabul.
  • 677 M - Penyerangan Konstantinopel yang pertama namun gagal.
  • 679 M - Penyerangan Konstantinopel yang kedua namun gagal karena Muawiyah meninggal di tahun 680.
  • 680 M - Kematian Muawiyah. Yazid I menaiki tahta. Peristiwa pembunuhan Saidina Hussein.
  • 685 M - Khalifah Abdul Malik menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi kerajaan.
  • 700 M - Tentara Islam melawan kaum Barbar di Afrika Utara.
  • 711 M - Penaklukan Sepanyol, Sind, dan Transoxiana.
  • 712 M - Tentara Bani Ummayyah ke Spanyol, Sind, dan Transoxiana.
  • 713 M - Penaklukan Multan.
  • 716 M - Serangan kepada Konstantinopel.
  • 717 M - Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah. Pembaharuan yang hebat dijalankan.
  • 725 M - Tentara Islam melawan Nimes di Perancis.
  • 749 M - Kekalahan tentera Ummayyah di Kufah, Iraq ditangan tentara Abbasiyyah.
  • 750 M - Damaskus ditaklukkan oleh tentera Abbasiyyah. Runtuhnya Kerajaan Bani Ummaiyyah.
[sunting] Kerajaan Bani Abbasiyyah
[sunting] Kerajaan Turki Utsmani
[sunting] Islam di Indonesia
Islam telah dikenal di Indonesia pada abad pertama Hijriyah atau 7 Masehi, meskipun dalam frekuensi yang tidak terlalu besar hanya melalui perdagangan dengan para pedagang muslim yang berlayar ke Indonesia untuk singgah untuk beberapa waktu. Pengenalan Islam lebih intensif, khususnya di Semenanjung Melayu dan Nusantara, yang berlangsung beberapa abad kemudian.
Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan dan lain-lain.
Tokoh penyebar agama islam adalah walisongo antara lain,
·         Islam merupakan salah satu agama besar di dunia saat ini. Agama ini lahir dan berkembang di Tanah Arab. Pendirinya ialah Muhammad. Agama ini lahir salah satunya sebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada saat itu. Manusia pada saat itu hidup dalam keadaan moral yang rendah dan kebodohan (jahiliah). Mereka sudah tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran nabi-nabi sebelumnya. Hal itu menyebabkan manusia berada pada titik terendah. Penyembahan berhala, pembunuhan, perzinahan, dan tindakan rendah lainnya merajalela.
·         Islam mulai disiarkan sekitar tahun 612 di Mekkah. Karena penyebaran agama baru ini mendapat tantangan dari lingkungannya, Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622. Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia.
·         Muhammad mendirikan wilayah kekuasaannya di Madinah. Pemerintahannya didasarkan pada pemerintahan Islam. Muhammad kemudian berusaha menyebarluaskan Islam dengan memperluas wilayahnya.
·         Setelah Muhammad wafat pada tahun 632, proses menyebarluaskan Islam dilanjutkan oleh para kalifah yang ditunjuk Muhammad.
·         Sampai tahun 750, wilayah Islam telah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia, Mesir, Sisilia, Spanyol, Asia Kecil, Rusia, Afganistan, dan daerah-daerah di Asia Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibu kota Damaskus.
·         Pada tahun 750, Bani Umayyah dikalahkan oleh Bani Abbasiyah yang kemudian memerintah sampai tahun 1258 dengan ibu kota di Baghdad. Pada masa ini, tidak banyak dilakukan perluasan wilayah kekuasaan. Konsentrasi lebih pada pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban Islam. Baghdad menjadi pusat perdagangan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
·         Setelah pemerintahan Bani Abbasiyah, kekuasaan Islam terpecah. Perpecahan ini mengakibatkan banyak wilayah yang memisahkan diri. Akibatnya, penyebaran Islam dilakukan secara perorangan. Agama ini dapat berkembang dengan cepat karena Islam mengatur hubungan manusia dan TUHAN. Islam disebarluaskan tanpa paksaan kepada setiap orang untuk memeluknya.
·          
·         Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Indonesia
·         Sejarah mencatat bahwa kaum pedagang memegang peranan penting dalam persebaran agama dan kebudayaan Islam. Letak Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnya bandarbandar perdagangan yang turut membantu mempercepat persebaran tersebut. Di samping itu, cara lain yang turut berperan ialah melalui dakwah yang dilakukan para mubaligh.
·         a. Peranan Kaum Pedagang
·         Seperti halnya penyebaran agama Hindu-Buddha, kaum pedagang memegang
·         peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam, baik pedagang dari luar Indonesia
·         maupun para pedagang Indonesia.
·         Para pedagang itu datang dan berdagang di pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir. Malaka merupakan pusat transit para pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar Malaka seperti Perlak dan Samudra Pasai juga didatangi para pedagang.
·         Mereka tinggal di tempat-tempat tersebut dalam waktu yang lama, untuk menunggu datangnya angin musim. Pada saat menunggu inilah, terjadi pembauran antarpedagang dari berbagai bangsa serta antara pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat-istiadat, budaya bahkan agama. Bukan hanya melakukan perdagangan, bahkan juga terjadi asimilasi melalui perkawinan.
·         Di antara para pedagang tersebut, terdapat pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang umumnya beragama Islam. Mereka mengenalkan agama dan budaya Islam kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah ada penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam. Lama-kelamaan penganut agama Islam makin banyak. Bahkan kemudian berkembang perkampungan para pedagang Islam di daerah pesisir.
·         Penduduk setempat yang telah memeluk agama Islam kemudian menyebarkan Islam kepada sesama pedagang, juga kepada sanak familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang di masyarakat Indonesia. Di samping itu para pedagang dan pelayar tersebut juga ada yang menikah dengan penduduk setempat sehingga lahirlah keluarga dan anak-anak yang Islam.
·         Hal ini berlangsung terus selama bertahun-tahun sehingga akhirnya muncul sebuah komunitas Islam, yang setelah kuat akhirnya membentuk sebuah pemerintahaan Islam. Dari situlah lahir kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.
·         b. Peranan Bandar-Bandar di Indonesia
·         Bandar merupakan tempat berlabuh kapal-kapal atau persinggahan kapal-kapal dagang. Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan juga digunakan sebagai tempat tinggal para pengusaha perkapalan. Sebagai negara kepulauan yang terletak pada jalur perdagangan internasional, Indonesia memiliki banyak bandar. Bandar-bandar ini memiliki peranan dan arti yang penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia.
·         Di bandar-bandar inilah para pedagang beragama Islam memperkenalkan Islam kepada para pedagang lain ataupun kepada penduduk setempat. Dengan demikian, bandar menjadi pintu masuk dan pusat penyebaran agama Islam ke Indonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota pusat kerajaan yang bercorak Islam pada umunya terletak di pesisir-pesisir dan muara sungai.
·         Dalam perkembangannya, bandar-bandar tersebut umumnya tumbuh menjadi kota bahkan ada yang menjadi kerajaan, seperti Perlak, Samudra Pasai, Palembang, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa, Ternate, dan Tidore. Banyak pemimpin bandar yang memeluk agama Islam. Akibatnya, rakyatnya pun kemudian banyak memeluk agama Islam.
·         Peranan bandar-bandar sebagai pusat perdagangan dapat kita lihat jejaknya. Para pedagang di dalam kota mempunyai perkampungan sendiri-sendiri yang penempatannya ditentukan atas persetujuan dari penguasa kota tersebut, misalnya di Aceh, terdapat perkampungan orang Portugis, Benggalu Cina, Gujarat, Arab, dan Pegu.
·         Begitu juga di Banten dan kota-kota pasar kerajaan lainnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kota-kota pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam memiliki ciri-ciri yang hampir sama antara lain letaknya di pesisir, ada pasar, ada masjid, ada perkampungan, dan ada tempat para penguasa (sultan).
·         c. Peranan Para Wali dan Ulama
·         Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam juga berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu, para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
·         Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Walisongo (9 wali). Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga adalah penasihat sultan.
·         Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi). Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut.
·         (1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik. Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
·         (2) Sunan Ampel (Raden Rahmat). Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang pembangunan Masjid Demak.
·         (3) Sunan Derajad (Syarifudin). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial.
·         (4) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat bijaksana.
·         (5) Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah. Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
·         (6) Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode bermain.
·         (7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq). Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya ialah Masjid dan Menara Kudus.
·         (8) Sunan Muria (Raden Umar Said). Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
·         (9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Seorang pemimpin berjiwa besar.
·         3. Kapan dan dari mana Islam Masuk Indonesia
·         Sejarah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari India dan Cina sudah memiliki hubungan dagang dengan penduduk Indonesia. Namun demikian, kapan tepatnya Islam hadir di Nusantara?
·         Masuknya Islam ke Indonesia  menimbulkan berbagai teori. Meski terdapat beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam di Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman Dinasti Tang. Berita itu mencatat bahwa pada abad ke-7, terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.
·         Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini berdasarkan catatan perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam.
·         Bukti yang turut memperkuat pendapat ini ialah ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 1297.
·         Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut strategisnya letak Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut perdagangan internasional dari barat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan Samudra Pasai.
·         Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
·         Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan Timur, Islam masuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.
·         Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara lain dari Demak, Tuban, Gresik, Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk melalui bagian utara, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan Islam di daerah ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur, Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.